YULIANTO

Welcome To my Blog, this the place where I want share all in my mind...


Kendati sering mendapatkan trofi dari klub yang ditanganinya, pelatih Inter Milan Jose Mourinho tidak bisa menutup rasa harunya membawa Nerazzurri meraih trofi kelima kalinya berturut-turut.Pria asal Portugis ini dengan mata berkaca-kaca langsung memeluk para pemainnya usai pluit panjang ditiupkan wasit. Ia lalu melambaikan tangan kepada para fans yang memadati stadion untuk menyaksikan tim kesayangannya merengkuh trofi juara.Mourinho awalnya enggan memberikan komentar, dan melanjutkan aksi bungkamnya terhadap hasil pertandingan yang diperoleh Inter. Namun kali ini Mourinho akhirnya mau memberikan keterangan.
“Ini bukan rumah saya. Ini bukan tempat yang mudah untuk bekerja, dan merasakan kebahagian,” ujar Mourinho kepada wartawan dilansir
Reuters.

“Tidak ada waktu yang tak digunakan untuk berpikir. Ini adalah pekan yang penuh nilai historis bagi Inter, dan kami memberikan segalanya.”

“Setelah ini saya akan santai, menghabiskan dua atau tiga hari untuk merenung tentang diri saya sendiri, dan apa yang akan membuat saya bahagia. Setelah itu, saya akan mengambil keputusan.”

Inter Tumbangkan Barca 3-1


Bermain di stadion Giuseppe Meazza, Selasa (20/4) malam waktu setempat, Barca tampil menyerang sejak awal pertandingan. Sementara tim tuan rumah lebih banyak bertahan dan menunggu celah untuk melakukan serangan balik. Taktik yang dirancang Jose Mourinho sempat dipertanyakan saat tim tamu berhasil unggul lebih dulu melalui Pedro di menit ke-19. Setelah gol itu terjadi, Inter mulai meningkatkan tempo permainan dan beberapa kali membuat peluang. Namun beberapa peluang yang diperoleh Diego Milito dan Samuel Eto'o belum mampu membuahkan gol. Inter kemudian berhasil menyamakan skor lewat tendangan Sneijder di menit ke-29. Pemain asal Belanda itu berada dalam posisi cukup bebas karena Barca terlalu berkonsentrasi mengawal Milito dan Eto'o. Di awal babak kedua, Inter mencoba tampil agresif. Hasilnya, mereka mencetak gol di menit ke-48. Pergerakan cepat Milito dari sisi kanan kembali menarik beberapa pemain Barca, kemudian pemain asal Argentina itu memberi umpan pendek pada Maicon yang menceploskan bola ke gawang Victor Valdes.

Gol itu membuat pemain Inter makin bersemangat. Barca yang terlalu fokus pada penyerangan, harus membayar mahal dengan gol ketiga yang dicetak Le Beneamata. Berawal dari sebuah serangan balik, Milito melengkapi kemenangan timnya dengan membuat gol melalui sundulan di menit ke-61. Barca berusaha membalas dan kembali tampil menyerang. Meskipun lebih menguasai pertandingan, namun mereka gagal menambah gol. Kiper Julio Cesar tampil gemilang dengan menahan tendangan Messi, Pedro dan Pique. Pertandingan berlangsung cukup keras dan wasit harus mengeluarkan lima kartu kuning untuk pemain Barca dan dua untuk Inter. Taktik Mourinho untuk 'merusak' permainan indah Inter membuahkan hasil. Sampai pertandingan berakhir, skor tetap 3-1 untuk kemenangan Inter.

Susunan pemain Inter: Julio Cesar; Samuel, Lucio, J. Zanetti, Maicon/Chivu (73), Cambiasso, Thiago, D. Milito/Balotelli (75), Sneijder, Pandev/Stankovic (56), Eto'o Cadangan: Orlandoni, Materazzi, Cordoba, Muntari
Barcelona: Valdes; Puyol, Pique, Maxwell, D.Alves, Busquets, Keita, Xavi, Pedro, Ibrahimovic/Abidal (62), Messi Cadangan: Pinto, Marquez, Henry, G. Milito, Y. Toure, Krkic

Penjualan Kaos Airbrush


Hi everyone ! Pengen tampil beda ? Pake donk kaos airbrush ! dijamin nggak bakalan pasaran coz Hand Made, you know lah nggak bisa diperbanyak \" ONE MAN ONE CLOTH \" Exclusive kan ? Selain itu lho pada bisa pesen sesuai kreasi lho sendiri jadi tinggal kirim desain gambarnya. BURUAN TUNGGU APA LAGI ORDER NOW

Harga : Rp75.000
Order : Tak ada minimum
Bahan : Polo shirt dan kaos ( katun )

Sneijder Bawa Inter ke Semifinal


MOSKOW - Gol tunggal Wesley Sneijder cukup membawa Inter Milan melenggang ke semifinal Liga Champions. Nerazzurri menang dengan agregat 2-0 atas wakil Rusia CSKA Moskow.

Kedua tim tampil dengan kekuatan penuh dalam leg kedua perempatfinal Liga Champions di Stadion Luzhniki, Rabu (7/4/2010) dini hari WIB. Alhasil, permainan menyerang ditunjukkan sejak kick off. Gelandang CSKA Keisuke Honda sempat mengancam gawang Julio Cesar saat laga baru berjalan satu menit. Tapi, tendangannya masih melebar dari tiang gawang.

Baru berjalan enam menit, Inter sudah unggul lewat gol Sneijder. Tendangan bebas mantan Real Madrid ini tak mampu dibendung kiper Igor Akinfeev. Tertinggal satu gol tak membuat nyali CSKA ciut. Honda dkk berani ke luar menyerang pertahanan Inter yang dikomandoi Javier Zanetti.

Serangan CSKA yang dimotori Honda kerap membuat Nerazzurri kerepotan. Gelandang Tomas Necid melesakkan tembakan jarak jauh di menit 22. Tapi, bola masih melenceng di sisi kanan gawang Cesar.

Melalui serangan balik yang cepat, Milito menusuk pertahanan tim tuan rumah. Tapi, penyelesaian akhir yang tidak tenang, membuat Akinfeev dengan mudah menangkap bola.

Sementara, tendangan spekulasi Chidi Odia dari luar kotak penalti, belum mampu menyamakan kedudukan. Meski saling serang sepanjang babak pertama, skor 1-0 untuk Inter tak berubah hingga turun minum.

Di babak kedua, CSKA harus tampil dengan 10 pemain menyusul diusirnya Odiah. Pemain bernomor 15 itu mendapat kartu kuning kedua setelah menjegal Samuel Eto’o di awal babak kedua.

Unggul pemain, Nerazzurri makin gencar menyisir pertahanan CSKA. Tapi. Klub besutan Jose Mourinho selalu gagal saat penyelesaian akhir. Midfielder CSKA Mark Gonzalez sempat beberapa kali membahayakan pertahanan Inter. Beruntung, Cesar cekatan mengamankan gawang.

Sneijder nyaris menggandakan keunggulan Inter di pertengah babak kedua. Tapi, tendangan kerasnya masih ditepis Akinfeev. Mourinho akhirnya memasukkan Mario Balotelli di menit 73, menggantikan Milito.

CSKA yang tak mau dipermalukan di markas sendiri terus menekan Inter di menit-menit akhir. Sayang, hingga wasit meniup peluit akhir tak ada gol tambahan tercipta.
Nerazzurri tetap menang tipis 1-0 berhak melenggang ke semifinal dengan agregat 2-0.

Susunan pemain

CSKA: Akinfeev; A. Berezutsky, V.Berezutsky (Odiah 14’), Ignashevich, Shennikov; Semberas, Mamayev, Gonzalez, Honda (Rahimic 77’); Dzagoev, Necid (Guilherme 71’)

Inter: Cesar; Maicon, Lucio, Samuel, Zanetti; Cambiasso, Sneijder (Muntari 85), Stankovic, Eto’o, Milito (Balotelli 73’), Pandev (Chivu 62’)

Arema Total Football-nya Indonesia


Bermaterikan pemain-pemain yang sebagian besar masih belia, minim pemain bintang dan persiapan yang teramat mepet menyambut berlangsungnya Liga Super Indonesia musim ini, menyebabkan Arema dipandang sebelah mata oleh tim-tim yang berlaga di ISL.

Bahkan pada partai perdananya musim 2009/10 melawan Persija Jakarta, diibaratkan adalah pertandingan antara David and Goliath.

Itulah Arema Indonesia, di tangan Robert Albert menjadi kekuatan besar yang disegani kawan maupun lawan. Menakutkan. dengan ciri khas sepakbola menyerang yang indah dan cantik untuk dinikmati, tak perduli dalam laga kandang maupun tandang.

Miniatur dari total footballnya Belanda era Van Basten terlihat sangat kental di Arema. Semua pemain mempunyai naluri mencetak gol yang tinggi, ditambah solidnya team work dan racikan menu dari Robert menjadikan Arema Indonesia tidak bisa dipandang remeh lagi oleh seluruh peserta ISL.

Kekuatan Arema Indonesia, ditambah dengan fanatisme dan dukungan tanpa batas dari Aremania dan Aremanita, sungguh merupakan suatu fenomena Total Football Ala Indonesia bahkan tidak ada di negeri tempat lahirnya konsep Total Football itu sendiri.

Terima kasih Arema, terima kasih Aremania/nita, terimakasih meneer Alberts. Tetap semangat di jalur juara ISL. Inilah Total Football kita

Yuli Sumpil: Sang Dirigen Aremania

Yuli Sumpil bersama Singamania, Jackmania, Pasoepati

Bagi yang belum mengenal Yuli Sumpil, tokoh dalam The Conductors, film dokumenter teranyar karya Andi Bachtiar Yusuf.

The Conductors berusaha untuk mengungkap sisi lain dari Addie MS (Twilite Orchestra), AG Sudibyo (Paduan Suara Mahasiswa UI) dan Yuli “Sumpil” (Aremania), menampilkan kiat dan semangat dari anak manusia yang sangat mencintai profesinya tersebut. Film yang telah diputar pada ajang Jakarta International Film Festival (JiFFest) 2007 lalu tersebut merupakan karya dokumenter kedua pria yang lebih akrab dipanggil “Ucup” setelah The Jak (2007). Dan setelah premiere di Jakarta, akan diputar di Bandung, Malang, Semarang, Yogyakarta, Jember, Purwokerto, Pusan (Korea Selatan).

“Cita-cita saya, pagar besi pembatas tribun dengan lapangan nanti tidak perlu ada lagi. Jadi kita menonton sepakbola dengan enak, tidak ada perkelahian, tidak ada suporter yang mengganggu pemain. Saya juga ingin semua golongan bisa bersatu di sini. Kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, Cina atau bukan Cina, pejabat atau orang biasa, Islam atau Kristen, di sini semuanya bisa sama,”

Laki-laki muda itu sudah menjadi suporter fanatik klub sepakbola kotanya sejak masih anak-anak. Ia lahir dan tinggal di Malang, Jawa Timur, dan klub sepakbola itu bernama Arema (Arek Malang). Yuli Sugianto adalah salah satu suporter paling populer di kalangan Aremania, sebutan bagi suporter Arema. Bersama suporter Persebaya (Persatuan Sepakbola Surabaya) yang disebut Bonek (bandha nekat, modal nekat), Aremania terkenal sebagai suporter paling fanatik dalam sejarah sepakbola Indonesia.

Yuli berkisah sudah sejak anak-anak ia selalu berusaha melakukan apa saja demi menonton pertandingan Arema. Semasa duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) misalnya, jika tak ingin terlambat datang ke stadion, ia harus membolos sekolah sore. Dan jika pertandingan berlangsung di luar kota, itu berarti ia harus siap sejak pagi, bersiap menunggu di pinggir jalan raya, dan siap melompat ke dalam bak truk atau mobil angkutan barang lain untuk menuju kota tujuan.

Sekarang Yuli adalah dirigen Aremania. Seorang dirigen, layaknya seorang konduktor dalam pertunjukan orkestra, adalah orang yang memimpin para suporter untuk menyanyi dan menari dalam sebuah pertandingan sepakbola. Seorang dirigen menentukan lagu mana yang harus dinyanyikan dan gerakan tubuh macam apa yang mesti dilakukan. Aremania punya dua dirigen. Selain Yuli juga ada Yosep, yang biasa dipanggil Kepet.

Di kalangan Aremania, dirigen dipilih dengan cara yang tidak terlalu rumit. Tidak ada pemungutan sura yang berlangsung dengan ketat. Seseorang dipilih menjadi dirigen karena penampilan fisiknya yang menarik (ceria, nyentrik, dll.), kemampuannya berkomunikasi dengan suporter lain, dan kemampuannya membangkitkan semangat suporter untuk terus memotivasi tim yang didukungnya. Oleh sejumlah suporter seorang dirigen ditunjuk dengan cara yang sulit dijelaskan, hampir kebetulan saja, sebelum sebuah pertandingan sepakbola dimainkan. Tetapi begitu seorang dirigen terpilih, jabatan itu akan disandangnya terus, tanpa batas waktu yang jelas, sampai ia mengundurkan diri atau kehilangan kemampuan untuk memimpin. Begitulah, tujuh tahun lalu dan Kepet terpilih begitu saja sebagai dirigen Aremania. Dan hanya kepada mereka berdualah 30 ribuan Aremania mau tunduk. “Mungkin saya dipilih karena berambut gondrong dan suka menari sambil memanjat pagar pembatas lapangan. Kalau Kepet mungkin karena ia punya banyak teman. Ia kan tinggal dekat stadion,” kata Yuli.

Di Stadion Gajayana Malang, markas Arema, Yuli dan Kepet mesti berbagi wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan Yuli adalah tribun bagian timur, tepat di bawah papan skor. Wilayah Kepet adalah tribun bagian selatan. Sementara tribun VIP dibiarkan tanpa dirigen.

Pertandingan sepakbola biasanya dimulai jam 4 sore, tetapi para suporter sudah memadati stadion sejak 2 jam sebelumnya. Mereka memainkan genderang, terompet, menyanyi, menari dan menyulut kembang api dan petasan. Sebelum dirigen datang, atraksi-atraksi ini berlangsung sporadis, dalam kelompok-kelompok kecil, dan tidak kompak. Tetapi begitu mereka melihat kedatangan Yuli dan Kepet, secara otomatis semuanya akan bertepuk tangan dan bertempik-sorak seperti menyambut kedatangan presiden mereka. Yuli dan Kepet tersenyum, dan begitu mereka melambaikan tangan, ribuan suporter ini menjadi lebih tenang. Semua musik, lagu, dan tarian dihentikan. Yuli dan Kepet akan segera menaiki singgasana mereka, yaitu pagar besi pembatas lapangan setinggi 2 meter. Mereka mulai menjalankan tugasnya; sambil berdiri di atas pagar menghadap ke tribun penonton mereka menggerakkan tangan dan kaki, memiringkan dan memutar tubuhnya ke kiri, kanan, depan, dan belakang sebagai alat untuk memberi aba-aba. Ribuan penonton menjadi kompak dan memainkan musik, menyanyi, dan menari. Semuanya mengikuti aba-aba dan contoh gerakan yang dilakukan Yuli dan Kepet.

Sepuluh menit sebelum pertandingan dimulai, Yuli dan Kepet memberi aba-aba berhenti. Kalau mereka sudah menaikkan tangan kanan ke atas, itu artinya tarian akan berhenti dan para suporter akan segera menyanyikan lagu Padamu Negeri.[1] Para pemain memasuki lapangan, wasit meniup peluit, pertandingan segera dimulai, tarian dan lagu dimainkan kembali. Karena atraksi-atraksinya yang menarik, Arema pernah memenangi penghargaan suporter terbaik dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Satu-satunya kelompok suporter besar yang tetap tinggal “liar” adalah Aremania. Klub dan Pemda tidak memberi bantuan dana atau berkeinginan membuat organisasi formal untuk suporter. Para suporter tetap membuat kelompoknya sendiri dengan keinginan mereka sendiri, kelompok-kelompok ini mereka sebut dengan Korwil (Koordinator Wiyalah). Di Malang sekarang ini sekurang-kurangnya ada 125 Korwil Aremania. Tiap Korwil punya seorang ketua yang hanya bertugas mengumpulkan suporter di wilayahnya menjelang Arema bertanding. “Tidak perlu organisasi-organisasian. Kalau ada organisasi itu repot, nanti malah diatur-atur, disuruh begini, disuruh begitu, bayar ini, bayar itu. Apalagi kalau sampai dikait-kaitkan sama partai politik segala,” kata Ponidi—dikenal sebagai Tembel—Ketua Korwil Stasiun. Meski tiap Korwil punya ciri khas sendiri, yang ditandai dengan bendera, spanduk, seragam, dan dandanannya, komando di stadion tetap ada di tangan dirigen. Hanya Yuli dan Kepet yang mampu mengatur dan menenangkan merea. “Pengurus klub atau walikota sekalipun tidak akan bisa ada artinya bagi suporter. Dia tak akan mampu mengatur 30 ribu orang. Tapi begitu Yuli atau Kepet yang ngomong, ya semuanya manut,” jelas Tembel.

Yuli adalah pemuda dari keluarga miskin yang tinggal di sebuah kampung di bagian timur Malang. Sebelum menjadi dirigen Aremania, sejak lulus dari sebuah Madarasah Aliyah, Yuli bekerja sebagai pencuci mikrolet—angkutan umum dalam kota. Ia biasa bekerja dari jam 4 sore hingga jam 12 malam, dari pekerjaannya, dalam sehari Yuli bisa memeroleh 10 ribu hingga 15 ribu rupiah.

Sejak menjadi dirigen, Yuli praktis berhenti bekerja. Menurutnya pilihan ini adalah saran orangtuanya yang tak tahan melihat Yuli menghabiskan hampir semua waktunya untuk mengurusi sepakbola, sepakbola, dan sepakbola. Ia kini menggantungkan hidupnya pada orangtuanya. Bapaknya, Asip, bekerja sebagai tukang kayu panggilan. Semenntara ibunya, Juwariyah, mendapatkan uang dengan menjual makanan rumahan bikinannya ke warung-warung di sekitar kampungnya. Yuli mengatakan setiap hari mendapat uang saku antara 500 hingga 2000 rupiah dari bapak atau ibunya. “Yul, ini ada sedikit uang untuk beli rokok,” kata Yuli menirukan ibunya

Jika Liga sedang berjalan—yang berarti setiap minggu hampir selalu saja ada pertandingan sepakbola—Yuli harus menyisihkan sedikit jatah uang rokoknya agar bisa membeli tikat dan masuk stadion. Tetapi kalau kondisi keuangan keluarganya yang benar-benar sulit, Yuli kadang terpaksa menjual asesoris-asesoris suporternya untuk bisa membeli tiket. Tak jarang ia harus merelakan kaus atau syal kesayangannya dengan harga 10 hingga 20 ribu rupiah. “Sebenarnya sedih juga, karena barang-barang itu punya nilai sejarah bagi saya. Tapi saya akan lebih sedih lagi kalau tidak bisa masuk ke stadion dan menjadi dirigen bagi teman-teman,” katanya. Kadang-kadang Yuli juga membantu menjual tiket pertandingan. Beberapa hari sebelum pertandingan Yuli akan mengambil tiket di Mess Arema. Untuk tiap tiket seharga 10 ribu rupiah bisa dijualnya ia mendapat bagian 10 persen atau seribu rupiah. Agar bisa nonton pertandingan sekurang-kurangnya Yuli harus bisa menjual 10 tiket.

Seperti kebanyakan pemuda kota yang tinggal di kampung padat dan miskin, Yuli gemar sepakbola dan sering terlibat tawuran (perkelahian massal) antarkampung. “Buat saya dulu tawuran adalah bagian dari sepakbola. Sepakbola nggak ada tawuran seperti sepakbola banci,” kata Yuli. Ia kemudian bercerita, beberapa tahun lalu—sebelum menjadi dirigen—bersama 30 temannya ia datang ke Jakarta untuk melihat Arema bertanding. Ia berangkat dari rumah dengan sudah menyiapkan sebilah pedang. “Waktu itu, ini perlengkapan standar,” katanya. Di Jakarta ia terlibat bentrokan dengan kelompok Bonek di depan Stasiun Pasar Senen. Mula-mula hanya saling melempar batu, tapi kemudian menjadi saling kejar, memukul dengan potongan kayu atau besi, bahkan hingga sabetan pedang. “Yang saya ingat, keesokan harinya saya baca di koran ternyata ada 3 orang Bonek yang mati. Sementara kami semua selamat,” katanya.

Yuli kini ingin melupakan masa lalunya. Di ruang tamu rumahnya yang sempit, ia memasang fotonya ketika bersalaman dengan Ketua PSSI Agum Gumelar. Di foto itu, Yuli—berambut gondrong dan berkaus Arema warna biru—tampak tersenyum bangga. Katanya, “Saya diundang di acara pembukaan Liga Indonesia dan dikirimi tiket pesawat untuk hadir mewakili suporter”.

Karena tak bekerja, sehari-hari Yuli menghabiskan waktunya dengan nongkrong sja. Saya ingat waktu bertemu dengannya pertama kali tiga tahun lalu, ia tengah nongkrong di Salon Cimenk yang terletak beberapa ratus meter saja dari rumahnya. Didik, pemilik salon ini, adalah teman Yuli sesama Aremania. Ketika saya datang rupanya mereka sedang membicarakan rencana menjahit pakaian dirigen baru buat Yuli. Untuk urusan dandanan Yuli mengaku memang sering dibantu Didik. Sekali mencat rambut ia cuma akan membayar 10 atau 20 ribu. Tapi Yuli lebih sering tak membayar, karena ia memang jarang punya cukup uang. Suatu ketika karena merasa sungkan dan terlalu sering tidak membayar, sebelum berangkat ke stadion Yuli pernah mencat saja rambut gondrongnya dengan cat kayu, warna biru. Jelasnya, “Agar mudah membersihkannya, saya lumuri dulu rambut saya dengan minyak goreng, setelah itu baru saya cat. Saya ingin selalu bisa menarik perhatian di lapangan.”

Yuli punya cukup banyak koleksi asesoris Aremania. Dengan bersemangat ia menunjukkan koleksi kaus dan pakaian dirigennya pada saya. Yuli punya macam-macam kaus Arema, dari kaus seperti yang dipakai para pemain—warna biru putih—sampai kaus-kaus bergambar kepala singa, lambang Arema, yang memang punya julukan sebagai tim Singo Edan (singa gila). Kebanyakan kaus macam ini bertuliskan “Kera Ngalam” atau “Ongis Nade”. Keduanya adalah bahasa slang Malang yang berarti “Arek Malang” dan “Singo Edan”.

“Saya biasanya pakai kaus Arema, tapi bawahannya bisa ganti-ganti, yang penting warna dan modelnya menyolok mata. Seorang teman suporter pernah memberi saya pakaian Skotlandia,” kata Yuli sembari mengeluarkan pakaian bermotif kotak-kotak khas skotlandia dari lemarinya. Sebentar kemudian ia mengeluarkan lagi beberapa pakaian, dari yang berbahan kulit sintetis hingga kain sarung dan kain perca. Hampir semua pakaian ini dirancang sendiri oleh Yuli. Biasanya ia mendapat ide model-model pakaian baru setelah menonton pertandingan sepakbola Liga Italia atau Inggris di televisi.

Saya membuka-buka koleksi foto Yuli. Ia memberikan penjelasan detil untuk tiap foto yang saya lihat. Ketika saya sampai pada sebuh foto yang memerlihatkan sepasang lelaki dan perempuan berbaju pengantin, sementara di sekelilingnya adalah laki-laki dan peremuan yang semuanya berkaos biru Arema, Yuli menjelaskan bahwa itu adalah acara pernikahan seorang Aremania. Ia malah menceritakan tentang seorang Aremania lain yang naik haji ke Mekkah dengan membawa syal dan bendera Arema.

Kamar Yuli kecil saja, 3 kali 3 meter. Dindingnya dicat biru, dipenuhi poster dan macam-macam hiasan dinding yang berbau Arema. Sebuah poster paling besar, kira-kira berukuran 1 kali 1,5 meter, dibuat dengan teknik cetak yang baik, memerlihatkan gambar kepala singa, foto tim Arema, dan ribuan suporter Arema. Bagian bawah poster itu bertuliskan “Di saat prestasi bangsa Indonesia sedang terpuruk, bumi pertiwi bersimbah darah, nusantara sedang tercabik, Aremania melalui panggung sepakbola telah membuat jutaan pasang mata di layar kaca terkagum oleh sportivitas,” kemudian dilanjutkan dengan kalimat-kalimat berbahasa Inggris, “Aremania, pride of the city, friendship without frontier, footbal without violence, the incorporable suporter, the incredible Malangese”.

Di kamar ini Yuli mengarang tarian dan lagu-lagu buat Aremania. Sebenarnya ia tak benar benar-benar mengarang, ia hanya memodifikasi saja syair lagu-lagu yang sudah ada, sementara nada dan iramanya tetap dipertahankan. Sumbernya bisa datang dari mana saja. Bisa lagu-lagu tentara Indonesia, lagu pop, lagu anak-anak, lagu pramuka, lagu selamat ulang tahun, sampai lagu suporter Juventus, suporter kesebelasan Cili, atau lagu marinir Amerika yang dilihatnya di film atau televisi. Yuli hafal di luar kepala semua lagu yang berjumlah 30-an itu. Untuk tarian, Yuli mengaku sekenanya saja. Prinsipnya adalah ia harus bisa membuat gerakan tubuh yang mudah ditirukan dan dingat orang lain. Menurut Yuli, seringkali para suporter juga memberikan usulan tarian dan lagu baru beberapa saat sebelum sebuah pertandingan dimulai.

Kini orang ramai berdatangan ke Stadion Gajayana. Mereka datang bukan hanya untuk sepakbola, tetapi juga untuk melihat bagaimana Aremania menyanyi dan menari. Dulu menonton sepakbola di Gajayana hanyalah monopoli orang-orang pribumi laki-laki, tapi kini perempuan dan orang-orang keturunan Cina juga datang menonton ke stadion. Hampir-hampir tak ada lagi kerusuhan dan perkelahian.

“Cita-cita saya, pagar besi pembatas tribun dengan lapangan nanti tidak perlu ada lagi. Jadi kita menonton sepakbola dengan enak, tidak ada perkelahian, tidak ada suporter yang mengganggu pemain. Saya juga ingin semua golongan bisa bersatu di sini. Kaya atau miiskin, laki-laki atau perempuan, Cina atau bukan Cina, pejabat atau orang biasa, Islam atau Kristen, di sini semuanya bisa sama,” kata Yuli.

Menu Tepat Pendukung Diet


Jadikan buah sebagai camilan di antara waktu makan utama.

ANDA tengah diet untuk mendapatkan postur tubuh ideal? Jika iya, tak perlu mati-matian mengurangi porsi makanan, mengubah pola makan, atau bahkan meniadakan waktu makan. Anda tetap bisa makan malam kok!
Bagi kaum hawa, urusan berat badan bukan hanya nilai kesempurnaan penampilan, tapi juga kepercayaan diri. Diet atau mengatur pola makan merupakan alternatif terbaik untuk mengurangi berat badan. Seiring perkembangan zaman, banyak cara dapat ditempuh untuk menyelesaikan masalah satu ini. Namun, pastikan Anda memilih cara sehat, yaitu diet gizi seimbang dikombinasi dengan peningkatan aktivitas fisik.
Menurut World Health Organization (WHO), penurunan berat badan yang tergolong sehat adalah 1-1,5 kg per pekan, dengan pengurangan asupan makanan 500 kalori per hari. Sebagai gambaran, asupan gizi wanita sekira 1.500 kalori per hari. Penurunan bobot tubuh dengan tetap memerhatikan gizi seimbang ini akan menghasilkan efek penurunan yang lebih stabil.
Karenanya, Anda tidak perlu melewatkan waktu makan, termasuk di malam hari. Hanya saja, harus ada pengaturan porsi dan menu yang disantap. Nah, bila bingung mengatur menu yang tepat untuk mendukung penurunan bobot tubuh, ulasan The Sunberikut bisa menjadi referensi Anda.
1. Atur pola makan harian, baik waktu sarapan, makan siang, dan makan malam. Tuliskan makanan yang akan Anda santap sebelum makan utama, ataupun camilan. Sebisa mungkin, pertahankan jadwal makan Anda di waktu yang menetap. Ketahui dengan seksama makanan apa yang akan Anda nikmati diluar 3 jadwal makan utama akan membantu Anda untuk ngemil.


2. Rencanakan apa yang Anda ingin santap tiap kali waktu makan. Hal ini tampak sedikit memakan waktu, tetapi Anda hanya butuh beberapa menit untuk mendapatkan menu yang terorganisir. Ini akan membantu Anda merasa aman di sekitar banyaknya makanan yang terhidang, dan godaan untuk mencicipi makanan lemak tinggi pun akan berkurang.
3. Ganti kebiasaan minum soda dengan air putih. Anda bisa menyimpan sedikit kalori dengan air putih. Sebab, dalam usaha menurunkan bobot tubuh, setiap kalori akan dihitung.
4. Menu sarapan berikut bisa menjadi referensi Anda:
• Bubur dengan skim atau susu kedelai, ditambah sepotong buah.
• Dua potong roti gandum dengan olesan kacang kedelai, ditambah buah anggur.
• Dua butir telur rebus dicampur potongan tomat panggang dan satu slice roti bakar.
• Salad buah dengan topping yogurt.
5. Perbanyak makan siang Anda dengan asupan protein, seperti ayam, kalkun, telur, daging sapi panggang porsi kecil, ikan, atau kacang merah dan kacang panggang. Santaplah dengan sedikit roti gandum, atau dengan potongan tortilla. Tambahkan kentang panggang dan sayuran sebagai salad.
6. Untuk menjaga godaan menu makan malam, seperti kentang goreng, pai, ataupun ikan panggang, Anda bisa menyiasatinya dengan sayuran atau salad. Pastikan Anda tetap memerhatikan porsi makan.
7. Jadikan buah sebagai camilan di antara waktu makan utama.

Bantuan 21 Universitas Rp2,1 T Tak Jelas


JAKARTA - Bantuan ke 21 universitas senilai Rp1,2 triliun yang dinilai menyalahi aturan sejumlah perguruan tinggi negeri, hingga saat ini belum jelas rimbanya.

Rector Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Bedjo Sujanto mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum mengetahui tentang aliran dana tersebut. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pun, katanya, belum mengirimkan pemberitahuan secara resmi kepadanya. Bantuan yang mana pun saya belum tahu. "Namun saya akan konfirmasi ke BPK dan Kemendiknas," ujarnya, di Jakarta.

Akan tetapi, dirinya tidak menampik kalau Kemendiknas memang setiap tahunnya memberikan bantuan ke universitas negeri. Bedjo menjelaskan, untuk UNJ sendiri tahun kemarin mendapatkan anggaran rehabilitasi gedung perkuliahan dan administrasi yang telah selesai di akhir 2009. Kemendiknas juga membantu menyediakan alat-alat laboratorium untuk fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) senilai Rp900 juta.

Ketua Tim Pemantau Independen Ujian Nasional 2010 ini juga menyatakan, kalau anggaran yang turun ke universitas itu biasanya atas permintaan universitas kepada Kemendiknas. Sehingga dirinya yakin kalau dana bantuan yang dialirkan ke 21 universitas negeri itu sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kita kirim proposal ke Kemendiknas. "Kalau disetujui ya anggaran turun," tandasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendiknas Dody Nandika menyatakan, alokasi anggaran senilai Rp1,2 triliun tersebut digunakan untuk peningkatan percepatan mutu pengajaran perguruan tinggi, peningkatan mutu riset, dan lain-lain. Intinya, ungkap dia, dana itu dialokasikan untuk meningkatkan kinerja pengajaran perguruan tinggi.

Rector Universitas Padjajaran (Unpad) Ganjar Kurnia melalui pesan pendek tidak mau memberikan penjelasan apapun mengenai aliran dana ke universitas negeri yang dinilai BPK tidak melalui mekanisme persetujuan anggaran di Kemendiknas. "Maaf saya tidak bisa memberikan informasi apa pun karena bantuan yang dimaksud belum jelas yang mana, untuk apa dan kepada siapa," ujarnya dalam pesan pendek.

Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (FRI) Edy Suandi Hamid berkomentar, BPK mesti memperjelas lagi dana bantuan itu ke universitas itu untuk apa saja. Lantaran, sejak dua tahun lalu Kemendiknas memang sangat aktif memberikan bantuan dana semacam hibah, beasiswa yang tujuannya untuk peningkatan kinerja mutu pendidikan tinggi.

Edy juga meminta semua pihak untuk tidak terburu-buru menyatakan kalau ada korupsi di bantuan dari kemendiknas tersebut. Pasalnya, Edy menjelaskan, bisa saja ada ketidak samaan antara prosedur administrasi pengeluaran bantuan di Kemendiknas dengan mekanisme yang seharusnya diterapkan dari pihak BPK.
"Sehingga BPK dan Kemendiknas serta universitas mesti duduk bersama untuk menuntaskan masalah ini," imbuhnya.

Senada dengan Bejo, Edy juga menyatakan, selama dua tahun terakhir Kemendiknas banyak menggelontorkan dana ke perguruan tinggi negeri dan swasta. Seperti dana unutk riset para dosen, studi ke luar negeri, beasiswa mahasiswa, dimasukkanya tulisan dosen ke jurnal ilmiah.

Dirinya juga menyatakan dana turun dari proposal yang diminta universitas lalu ada juga dana yang langsung dikeluarkan Kemendiknas seperti dana untuk proyek ketahanan pangan.

Seperti diberitakan sebelumnya, BPK mensinyalir ada ketidakjelasan penggunaan dana senilai Rp1,2 triliun di Kemendiknas.Anggota VI BPK Rizal Djalil mengungkapkan, dana tersebut dikucurkan tanpa sepengetahuan dan izin dari Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas). Dana itu dipergunakan oleh 21 universitas di seluruh Indonesia selama 2009.

Menurut Rizal, BPK melihat proses perencanaan anggaran tersebut tidak sesuai aturan perundang- undangan yang berlaku.

Revisi Target, AREMA bidik juara


Menjelang berakhirnya putaran dua Liga Super Indonesia 2009/10, manajemen Arema Indonesia melakukan revisi terhadap target prestasi yang bakal dicapai.

Jika pada awal musim kompetisi hanya memasang target menembus papan atas, manajemen Arema kini membidik juara Liga Super.

“Melihat kondisi dan tren positif yang terus diperlihatkan tim, tidak ada salahnya kalau sekarang kami membidik juara. Saya rasa perubahan target ini juga cukup realistis,” kata manajer Arema, Mujiono Mujito, Senin (5/4) seperti dilansir Antara.

Kans Arema merebut tahta juara LSI 2009/10 cukup terbuka. Saat ini Arema berada di puncak klasemen dengan mengemas 57 poin dari 27 kali bertanding atau selisih 8 poin dari posisi kedua yang diduduki Persipura Jayapura.

Mujiono mengakui, dua laga away yang bakal dilakoni Singo Edan ke tanah Papua untuk meladeni Persiwa Wamena (11/4) dan Persipura Jayapura (24/4) merupakan laga terberat. Namun, kalau bisa mencuri poin dari dua tim kuat itu, jalan Arema menuju tangga juara semakin lebar.

Menurut Mujiono, raihan poin dari ranah Papua tersebut cukup berarti untuk mengamankan posisi.”Saya yakin anak-anak mampu mengatasi para pemain Persiwa dan Persipura,”

Pihaknya bahkan juga mulai mengincar ajang Piala Indonesia karena tidak menutup kemungkinan musim ini Arema meraih dua gelar sekaligus sebagai juara Liga Super Indonesia dan Piala Indonesia.

Menanggapi target yang dibebankan manajemen pada tim pelatih, Robert Alberts mengatakan dirinya masih fokus meraih juara Liga Super.

“Untuk Piala Indonesia kami pikirkan nanti, yang pasti sekarang kami fokus untuk meraih juara LSI,” tegasnya.

Usai mengalahkan Pelita Jaya 6-1, para pemain Arema diberi kesempatan libur satu hari dan pagi ini diboyong ke Batu untuk menjalani training center (TC) singkat dengan fokus menghadapi Persiwa Wamena dan Persipura Jayapura.

Rivalitas Aremania - Bonek


Supporter – Dalam beberapa dekade terakhir, sudah menjadi keputusan yang lumrah dikeluarkan petugas keamanan dalam hal ini polisi untuk memblokade gelombang suporter sepakbola saat terjadi pertandingan super big match di Indonesia, khususnya suporter tim tamu.

Alasannya, untuk menjaga ketertiban, kelancaran dan keamanan pertandingan atau kota. Misalnya saja pertandingan Arema Vs Persebaya, Persebaya Vs Persela, Persija Vs Persib Bandung serta beberapa pertandingan penuh gengsi lainnya yang berlatar belakang kurang mengenakan bagi suporter kedua tim.

Sudah jelas, pada partai-partai tersebut, suporter tim tamu akan mendapat himbauan keras agar tidak hadir di kota tim tuan rumah, apalagi sampai di stadion. Kalau tidak, jelas akan rawan aksi brutal atau anarkis yang sulit dikendalikan pihak keamanan. Apalagi, budaya dan tingkat kedewasaan suporter Indonesia terbilang masih sangat rendah dalam menerima hasil pertandingan yang berakhir pahit.

Tapi saya heran, pada beberapa pertandingan-pertandingan big match lainnya yang juga mempertemukan dua tim kuat, dengan dukungan suporter kedua tim yang juga terkenal fanatik, masih ada yang bisa happy ending alias lancar, tertib, damai bahkan jauh dari kesan anarkis.

Misalnya saja pertandingan Arema melawan Persela Lamongan, Arema melawan Persija dan Persebaya melawan Persik Kediri. Meski berlangsung keras, toh pertandingan tersebut bisa berjalan lancar tanpa ada kendala yang berarti. Bahkan, suporter kedua tim juga tampak damai, saling berangkulan di dalam stadion dalam mendukung tim kesayangannya.

Nah, hanya suporter yang memiliki tingkat kedewasaan tinggi saja yang ingin merubah budaya benci menjadi kedamaian. Dan saya lihat, sebenarnya semua suporter memiliki potensi itu. Potensi merubah budaya kebencian menjadi perdamaian.

Sebab sampai saat ini, pendukung Persebaya alias Bonek yang terkenal keras, bersama pendukung Persib alias Viking, Persekabpas alias Sakeramania dan Persikmania (pendukung Persik Kediri), masih tetap harmonis dan terjaga. Begitu juga Aremania bersama The Jak, LA Mania.

Memang, awal kebencian beberapa suporter dipicu akibat sejarah kelam kedua tim saat bertanding away sehingga berkesinambungan di laga-laga selanjutnya. Perlakuan yang kurang memiliki kesan damai, baik kepada tim maupun suporter, menjadi faktor aksi balas dendam.

Tapi kalau boleh jujur, saya juga sependapat dalam tulisan tentang “Ini Resep Mendamaikan Suporter Jatim” oleh Oryza A. Wirawan pada tanggal 4 Januari lalu bahwa tidak ada manfaat lebih bagi daerah masing-masing dari perseteruan suporter jika kebanggaan itu berakhir dengan sifat yang destruktif.

Malahan, dalam hal ini klub sudah pasti akan merasa dirugikan akibat sanksi. Akibatnya, klub akan mengeluarkan anggaran lebih untuk membayar denda. Belum lagi, klub juga akan dikenai denda larangan main di kandang sendiri di laga selanjutnya atau bermain tanpa penonton. Tentunya, selain mengeluarkan biaya lebih, klub juga terancam tidak akan mendapat pemasukan dari hasil penjualan tiket penonton.

Nah, berkaca dari itu semua. Saya yakin, dari dalam hati semua suporter Indonesia yang paling dalam, juga memiliki cita-cita perdamaian, menghentikan perselisihan dengan melupakan sejarah kelam.

Dan untuk membuka lembaran baru sejarah perjalanan suporter Indonesia itu, momen yang paling tepat adalah pada laga super big match antara Persebaya melawan Arema Malang pada Sabtu (16/1/2010) lusa di Stadion Gelora 10 November.

Perdamaian kedua suporter yang terkenal tak akur selama ini, pantas menjadi tonggak kebangkitan suporter Indonesia. Bahkan, cukup layak menjadi catatan tinta emas sejarah sepakbola Indonesia. Dan dari kebangkitan ini, Insya Allah kedatangan suporter untuk mendampingi tim kesayangannya ke daerah lain, kedepan tidak akan diharamkan lagi.

Memang, mengkoordinir puluhan ribu massa tidak bisa seperti membalik telapak tangan. Apalagi di tingkat elemen terbawah yang memang sulit dikendalikan. Dan kali ini, saya ingin mengambil contoh dari apa yang sudah dilakukan beberapa suporter yang hingga kini masih bersahabat dan harmonis tanpa mengurangi kaidah-kaidah dalam tulisan “Ini Resep Mendamaikan Suporter Jatim”.

Ya, pada dasarnya. Bentuk silaturahmi dan perjamuan antar suporter menurut saya bisa melebur kebencian menjadi persaudaraan. Kita ambil contoh saja, ketika Bonek ke Bandung, mereka juga mendapat sambutan luar biasa dari suporter Bandung alias Viking, meski lawan yang dihadapi bukan tim kebanggaannya. Mulai lokasi menginap dan konsumsi juga disediakan selama mereka di Bandung. Dan itu juga terjadi sebaliknya saat Viking berada di Surabaya.

Nah, kalau bisa meniru hal itu, tidak mustahil pada laga Persebaya melawan Arema, Aremania bisa hadir di Gelora 10 November ataupun sebaliknya Bonek di Kanjuruhan.

Teknisnya pada langkah awal, kuota suporter yang hadir juga tidak boleh lebih dari 100 orang, mengingat kapasitas stadion dengan fanatisme penonton. Lalu, budaya menyambut kedatangan suporter yang telah terkoordinir hingga penjamuan di markas suporter tim tuan rumah bisa menjadi tradisi baru demi rasa persaudaraan.

Selain itu, hal ini juga bisa memberi kesan segan bagi suporter tamu jika mereka hendak berbuat ulah. Bahkan, ini juga melatih suporter mana pun agar selalu terkoordinir.

Kalaupun ada suporter yang tidak terkoordinir datang, sesuai kesepakatan, tidak akan ada jaminan keamanan bagi suporter yang dianggap liar. Bahkan, soal hal ini petugas keamanan bisa memulangkan jika terbukti bukan diantara 100 orang suporter seperti dalam kuota.

Nah, saya menyarankan, Bonek yang dulu terkenal dengan Bondo Nekat kini berganti Bondo dan Nekat, pantas disebut sebagai pelopor misi perdamaian ini jika bisa memberikan sambutan kepada Aremania yang ingin datang ke Surabaya dalam laga super big match nanti.

Tidak ada salahnya Bonek mengubur sejarah kelam demi meraih simpati saat akan datang ke Malang nanti pada laga away Persebaya. Mulai penyambutan sejak perbatasan masuk Kota Surabaya, penjamuan di markas Bonek hingga keberangkatan secara bersama-sama ke stadion akan menjadi pertunjukkan yang layak mendapat acungan empat jempol.

Di dalam stadion, selain hijau, juga ada biru. Nyanyian suporter pun saling sahut menyahut, tanpa ada unsur provokatif. Dan ini tentu saja tidak untuk Bonek saja, tapi saat Persebaya tandang ke Malang, Aremania juga wajib melakukan hal serupa. Istilahnya, bertamu harus ijin tuan rumah. Sebaliknya, sebagai tuan rumah, layak memberikan jamuan yang sepantasnya. Apalagi, dari segi geografis, Bonek dan Aremania adalah sama-sama suporter Jatim.

FIFA selalu mengkampanyekan sikap respect alias menghargai dalam setiap even dan pertandingan. Jadi, tidak ada salahnya kita juga bisa menghargai satu sama lain, khususnya sesama suporter.

Saya bukan Bonek dan saya juga bukan Aremania, tapi saya ingin melihat dua suporter paling fanatik di Indonesia ini bisa berdamai, duduk bersama dan menghijau-birukan stadion. Begitu juga dengan suporter lain, Aremania dan Sakeramania bersatu, Aremania dan Persikmania bersatu, Aremania dan Viking bersatu, Bonek dan LA mania bersatu, Bonek dan The Jak bersatu serta Viking dan The Jak bersatu.

Bahkan saya yakin, perdamaian Bonek dan Aremania dalam arti sesungguhnya, akan menjadi panutan suporter lain yang butuh banyak belajar dari Bonek dan Aremania. Damailah suporter Indonesia!.

Arema Indonesia


Kami AREMA salam satu Jiwa di Indonesia kan slalu ada slalu bersama tuk kemenangan kami Arema.

My Profile

Foto saya
saya adalah orang yang mencoba membuat orang lain berbahagia.

Pengikut

Klub Sepak Bola favorit

Cari Blog Ini